A.
Pengertian
Alam
Menurut Islam,
segala sesuatu selain Allah, segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah adalah
alam. Dengan demikian, sebenarnya mnausia termasuk dalam sebagian dari alam.
Namun karena kedudukan dan keistimewaan manusia, maka pembahasannya pun akan
dipisahkan.Al-Qur’an memberikan bermacam-macam nama kepada alam ini, antara
lain:
1.
‘Aalamiin
(QS.
Al-Fatihah: 1 dan pada 72 ayat lainnya).
2.
Assamawatu
wal ardh (langit dan bumi) (QS. Al-Baqarah: 33 dan pada 178
ayat lainnya).
3.
Walau
syai’in (segala sesuatu) (QS. Al-baqarah: 20 dan pada 116
ayat lainnya).
4.
Makhluk
(yang diciptakan) atau khalqullah
(ciptaan Allah) (QS. An-Nisa’: 119, QS. Ar-Rum: 30, dan QS. Al-Mulk: 3).
Arti alam juga sejalan dengan makna langit. Langit
atau yang dalam bahasa Arab biasa disebut sebagai al-sama’ (jamak: samawat)
dalam Al-Qur’an terulang sebanyak 310 kali yang tersebar dalam beberapa surat.
Dengan perincian, dalam bentuk mufrad (al-sama’)
120 kali dan dalam bentuk jamak (samawat)
sebanyak 190 kali.
Louis Ma’luf dalam Al-Munjid mendefinisikan al-sama’
sebagai berikut: Langit adalah sesuatu yang berwarna biru, yang melingkupi
bumi atau sesuatu yang melingkupi bumi dari angkasa yang luas.
Ir. Abu Razaq Nouval menuliskan bahwa arti langit
menurut bahasa adalah segala sesuatu yang di atas kita lantas melindungi kita,
maka dengan demikian arti langit bagi alam sama seperti atap bagi rumah. Lebih
lanjut ia mengatakan, sedang menurut ilmu pengetahuan itu yaitu segala apa yang
ada di sekeliling benda-benda, yang terdiri dari bintang-bintang dan
kumpulan-kumpulan tata surya, dengan demikian maka pengertian langit yaitu
segala sesuatu yang meliputi bumi (M. Nor Ichwan, 2004).
B.
Proses
Kejadian Alam Menurut Al-Qur’an
a.
Awal Mula
Penciptaan Alam
1.
Al-Qur’an Surat
Al-Anbiya’: 30
“Dan Apakah
orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga
beriman?”
Tafsir menurut
ulama’:
·
Imam Thantawi
Jauhari
Sesungguhnya langit dan bumi yakni
matahari dan planet-planet dan semua yang ada di alam ini dahulunya adalah
bertautan, kemudian Allah memisahkannya. Menurut kami ini merupakan suatu
mukjizat Al-Qur’an, karena teori ini tidak diketahui manusia kecuali pada masa
sekarang ini (M. Nor Ichwan, 2004).
·
Al-Qutabi
Dalam ‘Uyun Al-Akhbar dari Ismail bin Abu Khalid, dulunya langit
diciptakan sendiri dan bumi juga diciptakan tersendiri. Lalu Allah menciptakan
dari langit menjadi tujuh langit dan dari bumi menjadi tujuh bumi. Allah
menjadikan bumi yang paling tinggi dengan para penghuninya berupa jin dan
manusia. Allah juga membelah padanya sehingga menjadi sungai-sungai,
menumbuhkan buah-buahan, menciptakan lautan yang di atasnya daratan, jaraknya
sejauh perjalanan lima ratus tahun (Al-Qurtubi, 2008).
·
Mujahid,
As-Sudi, dan Abu Shalih
Langit itu dulunya menyatu pada satu
tingkat, lalu Allah memisahkannya dan menjadikannya tujuh langit. Demikian juga
bumi dulu satu tingkatan, lalu memisahkannya dan menjadikannya tujuh bumi
(Al-Qurtubi, 2008).
2.
Al-Qur’an Surat
Adz-Dzariyat : 48
“Dan bumi itu Kami
hamparkan, Maka Sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami).”
Dalam Tafsir Al-Aisar karya Syaikh Abu
Bakar Jabir Al-Jazairi menulis bahwa Inilah salah satu fenomena terbesar dari
tanda-tanda kekuasaan Allah bahwa Allah telah membangun langit. Mengokohkan dan
meninggikannya. Menciptakan benda-benda langit, seperi planet, bintang,
matahari, dan bulan. Semua tercipta dengan kekuasaan Allah yang tidak dapat
dikalahkan oleh kekuatan manapun. Makna “dan
Kami benar-benar telah meluaskannya” maksudnya Allah mampu meluaskannya
lebih dari ukurannya yang sekarang dan semua ini menunjukkan atas luasnya
kekuasaan Allah (Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, 2009)
3.
Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat : 47
“Dan langit itu
Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa.”
Tanda kekuasaan lain Allah tercantum
dalam surat ini. Al-Jazairi menuliskan bahwa Allah telah menghamparkan dan
membentangkan bumi seperti permadani, dan sebaik-baiknya Dzat yang
membentangkan adalah Allah. Karena tidak ada yang mampu melakukannya selain Allah
ta’ala (Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, 2009).
b.
Materi Alam
1.
Al-Qur’an Surat
Al-Fushilat: 11
“Kemudian Dia
menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia
berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami
datang dengan suka hati".”
Ir. Abu Razaq Nouval mengatakan bahwa dukhan atau asap atau gas, adalah
kata-kata ilmiah yang menunjukkan kepada hakikat materi wujud, dan tidak ada
satu kata-kata yang lain pun yang mendekati kepadanya dan tidak terdapat
penggantiannya. Karena itu, gas yang mengandung materi keras sekalipun tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang, itu benarlah dukhan seperti yang terdapat dalam ayat tersebut dan ayat itu
menunjukkan pula kepada hakikat lain, yaitu wujud kekosongan (fitrah) masa lalu terletak pada dukhan (gas).
c.
Masa Penciptaan
Alam
1.
Al-Qur’an Surat
Yunus : 3
¨
“Sesungguhnya Tuhan
kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia
bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang
akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah
Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil
pelajaran?”
Dalam tafsir Ath-Thabari tertulis, Abu
Ja’far berkata: Allah berfirman, “Tuhan
kalian ini adalah Tuhan yang seharusnya wajib disembah oleh semua makhluk, dan
tak sepantasnya ada yang menyekutukan-Nya dengan sesembahan lain. Tuhan kalian
inilah yang menciptakan lanit dan bumi-yang masing-masing berjumlah tujuh-
selama enam hari. Hanya Dia yang melakukan itu tanpa ada yang menandingi.
Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy, mrngatur semua urusan dan memutuskan
perkara yang terjadi di antara makhluk-Nya. Tak ada yang bisa melawan
keputusan-Nya, tak ada yang bias mengubah takdir-Nya. Tak ada cela yang luput
dari urusan-Nya. ”
2.
Al-Qur’an Surat
Sajdah : 4
“Allah lah yang
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam
masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain
dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi
syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?”
Tafsir
menurut ulama:
·
Tafsir
Al-Qurthubi
Pada ayat ini Allah SWT memperkenalkan
kesempurnaan kekuasaan-Nya, agar orang-orang kafir itu mau mendengar apa yang
diajarkan di dalam Al-Qur’an dan merenungkannya.
Makna khalaqa adalah membuat sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi
ada, atau menciptakan sesuatu yang sebelumnya bukan apa-apa menjadi sesuatu
yang berarti.
Sedangkan makna dari lafadz fi sittati ayyami adalah enam hari,
yakni dimulai dari hari Ahad dan selesai pada hari Jum’at. Al-Hasan
berpendapat, bahwa hari-hair yang dimaksud merupakan hari-hari di dunia,
sebagaimana telah disebutkan tadi. Sedangkan Ibnu Abbas berpendapat bahwa
perbandingan satu hari dalam penciptaan langit dan bumi adalah seribu tahun
waktu perhitungan manusia.
Adh-Dhahak juga menegaskan bahwa artinya
penciptaan langit dan bumi yang hanya enam hari waktu akhirat menghabiskan
waktu dunia sebanyak enam ribu tahun.
Adapun makna tsumma (kemudian) adalah bukan kata yang menerangkan urutan (yakni
bukan berarti setelah menciptakan langit dan bumi lalu Allah bersemeyam di atas
‘Arsy-Nya). Kata ini adalah seperti kata wau
(kata penghubung).
Ma
lakum min duniyyi in wala syafi’ maksudnya adalah,
tidak ada seorang pun yang dapat menolong orang itu ataupun mencegah dan
meringankan adzab yang akan mereka terima.
Afala
tatadzakkarun maksudnya adalah, apakah kamu belum
juga mau memperhatikan, padahal tanda kekuasaan-Ku ada dimana-mana. Bahkan di
dalam tubuhmu juga terdapat tanda-tenda kekuasaan-Ku.
3.
Al-Qur’an Surat
Al-A’raf : 54
“Sesungguhnya Tuhan
kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu
Dia bersemayam di atas 'Arsy[548]. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta
alam.”
Tafsir
menurut ulama’:
·
Tafsir
Ath-Thabari
Dalam tafsir tersebut tertulis bahwa Abu
Ja’far, berkata Allah berfirman: “Wahai manusia sesungguhnya tuan kamu dan yang
memperbaiki perkaramu adalah Dia yang Berkah untuk disembah dari segala
sesuatu, Dia yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, yaitu pada
hari Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jum’at.”
Al-Mutsanna menceritakan kepada Kami, ia
berkata: Al Hajjaj bin Al Minhal menceritakan kepada kami dari Abu Bisyr, dari
mujahid, ia berkata,”Ciptaan yang pertama diciptakan adalah ‘Arsy, air, dan
angin. Bumi diciptakan dari air. Penciptaan dimulai pada hari Ahad, Senin,
Selasa, Rabu, dan Kamis. Semua makhluk dikumpulkan pada hari Jum’at.
Orang-orang Yahudi menjadi Yahudi pada hari Sabtu. Satu hari dalam enam hari
itu seperti seribu tahun dalam hari-harimu.”
·
Syaikh Thanthawi
Jauhari
Sesungguhnya kita mengetahui bahwa
materi asal alam semesta ini adalah al-asir
(gas) yang kemudian berproses menjadi matahari, bumi, tumbuh-tumbuhan,
hewan.-hewan, dan manusia… maka menjadi sempurnalah semua ciptaan Allah dalam
enam masa, setiap masa ukurannya seribu tahun, demikian menurut pendapat
kebanyakan ulama’ (M. Nor Ichwan, 2004).
4.
Al-Qur’an Surat
Huud : 7
“Dan Dia-lah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum
itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik
amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu
akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan
berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".”
Dalam tafsir Ath-Thabari, Al-Qasim
menceritakan kepada kami, ia berkata: Hasan menceritakan kepadaku dari Ibnu
Juraij, ia berkata: Isma’il mengabarkan kepadaku dari Ayyub bin Khalid, dari
Abdullah bin Rafi (maula Ummu salamah), dari Abi Hurairah, ia berkata:
Rasulullah SAW memegang tanganku seraya bersabda, “Allah menciptakan tanah pada hari Sabtu, menciptakan gunung pada hari
Jum’at, menciptakan pepohonan pada hari Senin, menciptakan perkara yang tidak
disukai pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu, meniupkan ruh pada
semua binatang melata pada hari Kamis, dan menciptakan Adam AS sesudah Ashar
pada hari Jum’at, paling akhir ciptaan pada waktu terakhir dari waktu-waktu
hari Jum’at berkisar antara Ashar hingga malam.”
5.
Al-Qur’an Surat
Qaaf : 38
“ Dan Sesungguhnya
telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam
masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.”
Tafsir
menurut ulama’:
·
Tafsir Al-Aisar
oleh Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi
“Dan
sungguh Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa.” Dimulai dari hari Ahad dan
berakhir pada hari Jum’at, “Dan Kami
tidak merasa letih sedikit pun.” Ayat ini merupakan bantahan dari Allah
terhadap orang-orang Yahudi yang mengatakan bahwa Allah telah mennyempurnakan
penciptaan langit dan bumi di hari Jum’at, lalu Allah beristirahat pada hari
Sabtu. Maka Allah membantah ucapan mereka dengan firman-Nya, “Dan Kami tidak merasa letih sedikit pun.”
Karena rasa letih hanya akan dirasakan oleh orang-orang yang mengerjakan
pekerjaannya langsung oleh dirinya sendiri. Sedangkan Allah, ketika Dia
menciptakan sesuatu, Allah hanya membutuhkan kata, “jadilah!” maka sesuatu yang
dimaksud-Nya akan terjadi. Oleh karena itu, Allah tidak merasakan letih atau
lelah.
·
Ibnu Katsir
Di
dalam tafsirnya ia mengatakan, “Dalam firman tersebut terdapat penegasan
seputar kembali (ma’ad). Karena Dzat
yang kuasa menciptakan langit dan bumi, Dia tidak merasa payah dan lemah karena
penciptaan-Nya. Dia juga kuasa untuk menghidupkan orang mati dengan cara yang
lebih baik dan lebih tidak terikat.”
C.
Proses
Kejadian Alam Menurut Sains
1 Teori-Teori Tentang Penciptaan Alam
a.
Tori Big Bang
Pada abad ke-19 muncul teori yang mengatakan bahwa
alam semesta mempunyai ukuran yang tidak terbatas, ada tanpa awal dan terus ada
selama-lamanya. Menurut pendapat ini, model alam statis, alam semesta tidak
mempunyai awal dan akhir. Pandangan ini mengacu pada filsafat materialis yang
menganggap bahwa alam semesta merupakan sekumpulan zat yang konstan, stabil,
dan tidak berubah atau statis.
Setelah berkembangnya waktu, ilmu pengetahuan mampu
membalikkan pendapat tentang model alam statis yang menganut paham materialis.
Saat ini, di awal abad ke-21, beardasarkan eksperimen, observasi dan
perhitungan, Fisika modern telah membuktikan bahwa alam semesta memiliki suatu
awal dan diciptakan dari ketiadaan melalui suatu ledakan dasyat. Teori seperti
inilah yang kemudian dikenal dengan Teori
Big Bang.
Teori Big Bang
menganggap bahwa alam semesta ini terjadi akibat ledakan dari segumpal zat
raksasa. Sebagaimana pendapat George Garnow (1904-1968), seorang fisikawan
Rusia berkesimpulan bahwa alam raya ini asal mulanya merupakan satu paduan,
kemudian meledak. Ledakan itulah yang menyebabkan ledakan yang luar biasa,
sehingga benda-benda angkasa ini menjadi saling menjauh satu sama lain (M. Noor
Ichwan, 2004).
Landasan Teori Big
Bang antara lain:
a.
Meluasnya alam
semesta
Pada tahun 1929, di observatorium California Mount
Wilson, seorang astronom berkebangsaan Amerika Edwin Hubble menghadirkan
penemuan besar dalam sejarah astronomi. Ketika mengamti bintang-bintang dengan
teleskop raksasa, ia mendapati cahaya dari bintang-bintang itu berubah ujung
spektrumnya menjadi merah. Ini jelas membuktikan bahwa bintnag-bintang tersebut
semakin jauh dari bumi. Penemuan
ini mempengaruhi dunia ilmu pengetahuan,
karena menurut teori ilmu Fisika yang sudah diakui, spektrum cahaya
berkelap-kelip yang bergerak mendekati tempat observasi tersebut cenderung
mendekati warna lembayung, sedangkan spektrum cahaya berkelap-kelip yang
bergerak menjauhi tempat observasi tersebut cenderung mendekati warna merah.
Artinya, bintang-bintang tersebut menjauh dari kita secara tetap.
Sebenarnya
teori seperti ini sudah ditemukan jauh sebelumnya.
Albert Einstein, yang dianggap ilmuwan terbesar pada abad ke-20, telah menyimpulkan
bahwa alam semesta ini dinamis dan tidak
statis. Namun ia meletakkan penemuannya itu. Bukan karena adanya teori tentang
alam statis, namun ia menganggap bahwa penemuan itu adalah kesalahan terbesar sepanjang
karir keilmuannya. Meski akhirnya teori itu benar setelah dibuktikan oleh
Hubble.
Menurut T. Djamaluddin, mengembangnya
alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses
pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan
berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
b.
Radiasi Latar
Kosmos
Pada tahun 1948, George Gamov muncul
dengan gagasan lain tentang teori Ledakan Dasyat itu. Ia menyatakan bahwa
setelah terbentuknya alam semesta melalui Ledakan dasyat, ada limpahan radiasi
di alam semesta yang tertinggal karena peristiwa ledakan ini. Tambahan lagi, radiasi
ini tersebar merata di alam semesta.
Pada tahun 1965, dua peneliti, Arno Penzias dan
Robert Wilson, secara kebetulan menemukan gelombang-gelombang ini. Radiasi ini,
yang disebut “radiasi antar kosmos”, tampaknya tidak dipancarkan dari sumber
tertentu, tetapi merambati seluruh ruang angkasa. Jadi, gelombang panas yang
diradiasikan secara merata di ruang angkasa itu adalah sisia yang tertinggal
dari tahap awal Ledakan Dasyat (Thohir Luth, dkk, 2007).
Di tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer (COBE) ke
ruang angkasa untuk meneliti radiasi latar kosmos. Hanya membutuhkan delapan
menit, scanner-scanner satelit ini
mampu menguatkan pengukuran dari Penzias dan Wilson. COBE telah menemukan sisa
dari Ledakan dasyat yang terjadi pada permulaan alam semesta.
c.
Penciptaan Zat
Atom, unsur penbengun zat, menjadi ada setelah
terjadi Ledakan dasyat. Atom-atom ini kemudian berkumpul bersama-sama membentuk
benda-benda seperti bulan, bintang, dsb. Selanjutnya atom-atom tersebut
membentuk kehidupan di bumi. Dengan berkumpulnya atom-atom, segala yang kita
lihat di sekitar kita dan segala yang bias kita bayangkan itu memasuki
kehidupan.
Setiap atom memiliki nukleus yang mengandung proton
dan netron yang jumlahnya tertentu. Disamping itu, ada juga elektro-elektron
yang bergerak mengelilingi nukleus dengan kecepatan 1.000 km per detik. Jumlah
proton dan elektron sama. Karena proton bermuatan positif dan elektron
bermuatan negatif sehingga seimbang satu sama lain. Jika salah satu dari jumlah
ini berbeda, tidak akan terjadi atom karena keseimbangan elektron-elektronnya
terganggu. elektron-elektron ini bergerak mengelilingi inti masing tanpa saling
menyimpang. Kecpatannya seimbang satu sama lainnya dan selalu menjaga
kelangsungan hidup atomnya. Tidak pernah terjadi salah atur, perubahan dan
perbedaan.
Sangatlah jelas bahwa kesatuan yang teratur itu ada
setelah Ledakan Dasyat yang berlangsung pada saat ketiadaan. Jika ledakan itu
merupakan suatu kebetulan dan tidak terkontrol, mestinya diikuti oleh kejadian
acak dan tersebarnya segala yang terbentuk itu dalam suatu kekacaubalauan yang
luar biasa dasyatnya.
b.
Teori Kabut Kant-Laplace
Imanuel Kant (1755) mengemukakan teori
tentang kejadian bumi. Berdasarkan teori Newton tentang gravitasi, Kant
berpendapat bahwa; asal segalanya ini adalah dari gas yang
bermacam-macam, yang tarik menarik membentuk kabut besar. Terjadinya benturan
masing-masing akan menimbulkan panas. Adanya panas akan membuat gas tersebut
berpijar, itulah asal dari matahari. Benda berpijar tersebut berputar kencang, adanya perputaran ini
dengan kecepatan linear paling besar; sehingga terlepaslah fragmen-fragmen.
Fragmen-fragmen inilah yang tadinya pijar, melepaskan panas, dan mengembun.
Kemudian cair dan bagian ini makin
padat. Demikianlah terjadi planet-planet, termasuk bumi kita ini.
Laplace (1796) mengemukakan pula adanya
kabut. Ia beranggapan bahwa kabut asal itu telah berputar dan pijar. Di khatulistiwa
tcrjadi penumpukan awan. Jika massa ini mendingin maka terlepaslah sedikit
material dari induknya. Fragmen tadi dingin dan mengembun, berputar
mengelilingi induknya Kemudian menyusul terlepasnya fragmen yang kedua, dan
ketiga. Delapan buah planet yang kini ada dianggap terjadi dengan cara yang
sama. Induknya adalah matahari. Massa asal matahari itu disebut nebula,
sehingga disebut hipotesis nebula. Karena Kant dan Laplace serupa dalam
mengemukakan hipotesisnya, maka disebutlah hipotesia nebula dari Kant Laplace.
c. Hipotesis Pasang Surut Bintang
Teoti pasang surut yang disampaikan oleh
Buffon kemudian diperbaiki oleh Sir James Jeans dan Harold Jeffreys. Mereka
berpendapat bahwa tata surya terbentuk oleh efek pasang gas-gas matahari akibat
gaya grafitasi bintang besar yang melintas matahari. Gas-gas tersebut terlepas
dan kemudian berubah menjadi bola-bola cair dan secara berlahan mendingin serta
membentuk lapisan keras menjadi planet-planet dan satelit. Hipotesis pasang
surut bintang sangat mirip dengan hipotesis planetisimal. Namun perbedaannya
terletak pada jumlah awalnya matahari.
d.
Hipotesis
Kondensasi
Hipotesis kondensasi dikemukakan oleh
astronom Belanda yang bernama GP. Kuiper pada tahun 1950. Hipotesis ini
menyatakan bahwa tata surya pada mulanya berupa bola kabut raksasa. Kabut ini
terdiri dari debu, es dan gas. Bola kabut ini berputar pada porosnya, sehingga
bagian-bagian ynag ringan terlempar keluar, sedangkan bagian yang berat
terkumpul dipusatnya membentuk sebuah cakram mulai menyusut dan perputarannya
semakin cepat, serta suhunya bertambah, akhirnya terbentuklah matahari.
Bagian tepi cakram yang berupa gas dan
debu mulai bertarikan, sehingga terbentuk gumpalan. Gumpalan-gumpalan ini
disebut protoplanet yang lambat laun makin dingin dan padat yang pada akhirnya
membentuk planet.
e.
Hipotesis
Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya
dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis ini
mengemukakan bahwa dahulunya tata surya kita berupa dua bintang yang hamper
sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan
serpihan-serpihan kecil.
f.
Hipotesis
Planetisimal
Hipotesis Planetisimal pertama kali
dikemukakan oleh Thomas C.Chamberlain dan Forest R.Moulton pada tahun 1900.
Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa tata surya kita terbentuk akibat adanya
bintang lain yang hamper menabrak matahari. Hipotesis ini menyatakan bahwa tata
surya pada mulannya berupa bola kabut raksasa. Kabut ini terdiri dari debu, es
dan gas. Bola kabut ini berputar pada porosnya sehingga bagian-bagian yang
ringan terlempar keluar, sedangkan bagian yang berat berkumpul dipusatnya
membentuk sebuah cakram, kemudian mulai menyusut dan perputarannya semakin
cepat, serta suhunya bertambah, akhirnya terbentukkalah matahari.
Bagian tepi cakram yang berupa gas dan
debu mulai bertarikan, sehingga terbentuk gumpalan. Gumpalan-gumpalan ini
disebut protoplanet yang lambat laun semakin dingin dan padan yang pada
akhirnya membentuk planet.
2.
Tahapan
Penciptaan Alam
a.
Tahap pertama,
sejak penciptaan sampai suhu kosmos turun menjadi 1032.
Karena
ledakan yang sangat dahsyat, maka kateri berhambur dengan kecepatan yang sangat
tinggi sehingga kosmos ynag terdiri dari ruang, materi dan cahaya tampak mengembang
dengan kecepatan yang sangat tinggi pula. Pada tahap ini, terjadi kosmos yang
menyatukan interaksi, sifat dan kelakuannya. Segala macam interaksi dan radiasi
sama kuat, serta kandunngan materi da energy dalam alam semesta sudah tertentu
jumlahnya.
b.
Tahap kedua,
sejak berakhirnya tahap pertama sampai suhu kosmos turun hingga mancapai 10
(pangkat11)derajad. Pada tahap ini terjadi karapatan materi dalam alam semesta
manjadi 4 juta tiap liter serta bahan inti atom sudah ditentukan jumlahnya.
c.
Tahap ketiga,
sejak berakhirnya tahap kedua hingga suhu mencapai 1000 juta derajad. Pada
tahap ini terjadi kerapatan materi alam semesta menjadi 20 kg tiap liter serta
kelistrikan di alam semesta sudah ditentukan jumlahnya.
d.
Tahap keempat,
sejak berakhirnya tahap ketiga hingga suhu mencapai 100 juta derajad. Pada
tahap ini terjadi kerapatan materi alam semesta manjadi 1/10 kg tiap liter,
penyusunan inti atom sudah dimulai, pada tahap ini pengelompokan materi sudah
terjadi.
e.
Tahap kelima,
sejak berakirnya tahap keempat hingga terbentuknya atom-atom. Pada tahap ini
electron-elektron bebas mulai berkurang jumlahnya, serta cahaya mengisi ruang
kosmos.
f.
Tahap keenam,
pada tahap ini atom mulai membentuk molekul, kabut materi mulai menggumal dan
membentuk bintang-bintang serta galaksi-galaksi, hingga terjadilah alam semesta
ini.
D.
Perbadingan
Proses Penciptaan Alam Menurut Al-Qur’an dan Sains
Berdasarkan pemaparan di atas, maka
QS.Al-Anbiyaa’: 30, cukup sesuai dengan teori ynag paling modern tentang
pertumbuhan langit dan bumi, yaitu pada awal mulannya bersatu di dalam kabut
yang memuatnya, kemudian terpisah sebagai akibat dari ledakan-ledaka keras
(Big-Bang) yag terjadi di dalam kabut dan ledakan yang disebutkan di dalam ayat
tersebut menjadi empurna setelah keduanya bersatu, yakni bertemu sama lain dan
dalam hal tersebut terdapat isyarat terhadap ledakan-ledakan yang terjadi di
dalam alam, yang karena materi alam tersebut did ala ruang anngkasa yang hampa
udara dan di sekitarnya ynag berakhir dengan terbentukny berbagai macam
benda-benda langit yang beraneka ragam.
Teori Ledakan dasyat ini menggantikan
teori tentang alam ynag statis ynag menganut paham materialism. Sehingga
pembuktian tentang teori ini tidak perlu lagi, karena alam memang diciptakan
oleh Allah SWT. Pada QS. QS.Al-Anbiyaa’: 30 ini sudah senada dengan Teori
Bintang Kembarynag menyatakan pada awalnya alam ini adalah satu, kemudian
meledak hingga terbentuklah tata surya seperti sekarang ini.
Sedangkan QS.AL-Fhusilat: 11, sesuai
denga teori Kabut Kant-Laplace, Kondensasi dan Planetesimal. Langit atau alam
semesta disempurnakan bentuknya dari materi
yang berupa asap (dukhon).
Sebagaimana ynagn terdapat dalam
beberapa ayat Al-Quran, bahwa alam semesta diciptakan dalam enam masa maka
sainspun mengemukakan tahapan penciptaan alam menjadi enam tahapan. Ini sejalan
denga apa ynag telah diwahyukan oleh Alla SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar