Senin, 23 April 2012

✿ PROSES TERJADINYA ALAM


A.    Pengertian Alam
Menurut Islam, segala sesuatu selain Allah, segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah adalah alam. Dengan demikian, sebenarnya mnausia termasuk dalam sebagian dari alam. Namun karena kedudukan dan keistimewaan manusia, maka pembahasannya pun akan dipisahkan.Al-Qur’an memberikan bermacam-macam nama kepada alam ini, antara lain:
1.      ‘Aalamiin (QS. Al-Fatihah: 1 dan pada 72 ayat lainnya).
2.      Assamawatu wal ardh (langit dan bumi) (QS. Al-Baqarah: 33 dan pada 178 ayat lainnya).
3.      Walau syai’in (segala sesuatu) (QS. Al-baqarah: 20 dan pada 116 ayat lainnya).
4.      Makhluk (yang diciptakan) atau khalqullah (ciptaan Allah) (QS. An-Nisa’: 119, QS. Ar-Rum: 30, dan QS. Al-Mulk: 3).
Arti alam juga sejalan dengan makna langit. Langit atau yang dalam bahasa Arab biasa disebut sebagai al-sama’ (jamak: samawat) dalam Al-Qur’an terulang sebanyak 310 kali yang tersebar dalam beberapa surat. Dengan perincian, dalam bentuk mufrad (al-sama’) 120 kali dan dalam bentuk jamak (samawat) sebanyak 190 kali.
Louis Ma’luf dalam Al-Munjid mendefinisikan al-sama’ sebagai berikut: Langit adalah sesuatu yang berwarna biru, yang melingkupi bumi atau sesuatu yang melingkupi bumi dari angkasa yang luas.
Ir. Abu Razaq Nouval menuliskan bahwa arti langit menurut bahasa adalah segala sesuatu yang di atas kita lantas melindungi kita, maka dengan demikian arti langit bagi alam sama seperti atap bagi rumah. Lebih lanjut ia mengatakan, sedang menurut ilmu pengetahuan itu yaitu segala apa yang ada di sekeliling benda-benda, yang terdiri dari bintang-bintang dan kumpulan-kumpulan tata surya, dengan demikian maka pengertian langit yaitu segala sesuatu yang meliputi bumi (M. Nor Ichwan, 2004).

B.     Proses Kejadian Alam Menurut Al-Qur’an
a.       Awal Mula Penciptaan Alam
1.      Al-Qur’an Surat Al-Anbiya’: 30
Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?”

Tafsir menurut ulama’:
·         Imam Thantawi Jauhari
Sesungguhnya langit dan bumi yakni matahari dan planet-planet dan semua yang ada di alam ini dahulunya adalah bertautan, kemudian Allah memisahkannya. Menurut kami ini merupakan suatu mukjizat Al-Qur’an, karena teori ini tidak diketahui manusia kecuali pada masa sekarang ini (M. Nor Ichwan, 2004).
·         Al-Qutabi
Dalam ‘Uyun Al-Akhbar dari Ismail bin Abu Khalid, dulunya langit diciptakan sendiri dan bumi juga diciptakan tersendiri. Lalu Allah menciptakan dari langit menjadi tujuh langit dan dari bumi menjadi tujuh bumi. Allah menjadikan bumi yang paling tinggi dengan para penghuninya berupa jin dan manusia. Allah juga membelah padanya sehingga menjadi sungai-sungai, menumbuhkan buah-buahan, menciptakan lautan yang di atasnya daratan, jaraknya sejauh perjalanan lima ratus tahun (Al-Qurtubi, 2008).
·         Mujahid, As-Sudi, dan Abu Shalih
Langit itu dulunya menyatu pada satu tingkat, lalu Allah memisahkannya dan menjadikannya tujuh langit. Demikian juga bumi dulu satu tingkatan, lalu memisahkannya dan menjadikannya tujuh bumi (Al-Qurtubi, 2008).
2.      Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat : 48
“Dan bumi itu Kami hamparkan, Maka Sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami).”

Dalam Tafsir Al-Aisar karya Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi menulis bahwa Inilah salah satu fenomena terbesar dari tanda-tanda kekuasaan Allah bahwa Allah telah membangun langit. Mengokohkan dan meninggikannya. Menciptakan benda-benda langit, seperi planet, bintang, matahari, dan bulan. Semua tercipta dengan kekuasaan Allah yang tidak dapat dikalahkan oleh kekuatan manapun. Makna “dan Kami benar-benar telah meluaskannya” maksudnya Allah mampu meluaskannya lebih dari ukurannya yang sekarang dan semua ini menunjukkan atas luasnya kekuasaan Allah (Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, 2009)
3.       Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat : 47
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa.”

Tanda kekuasaan lain Allah tercantum dalam surat ini. Al-Jazairi menuliskan bahwa Allah telah menghamparkan dan membentangkan bumi seperti permadani, dan sebaik-baiknya Dzat yang membentangkan adalah Allah. Karena tidak ada yang mampu melakukannya selain Allah ta’ala (Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, 2009).
b.      Materi Alam
1.      Al-Qur’an Surat Al-Fushilat: 11
 
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".”

Ir. Abu Razaq Nouval mengatakan bahwa dukhan atau asap atau gas, adalah kata-kata ilmiah yang menunjukkan kepada hakikat materi wujud, dan tidak ada satu kata-kata yang lain pun yang mendekati kepadanya dan tidak terdapat penggantiannya. Karena itu, gas yang mengandung materi keras sekalipun tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, itu benarlah dukhan seperti yang terdapat dalam ayat tersebut dan ayat itu menunjukkan pula kepada hakikat lain, yaitu wujud kekosongan (fitrah) masa lalu terletak pada dukhan (gas).
c.       Masa Penciptaan Alam
1.      Al-Qur’an Surat Yunus : 3
¨
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”

Dalam tafsir Ath-Thabari tertulis, Abu Ja’far berkata: Allah berfirman, “Tuhan kalian ini adalah Tuhan yang seharusnya wajib disembah oleh semua makhluk, dan tak sepantasnya ada yang menyekutukan-Nya dengan sesembahan lain. Tuhan kalian inilah yang menciptakan lanit dan bumi-yang masing-masing berjumlah tujuh- selama enam hari. Hanya Dia yang melakukan itu tanpa ada yang menandingi. Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy, mrngatur semua urusan dan memutuskan perkara yang terjadi di antara makhluk-Nya. Tak ada yang bisa melawan keputusan-Nya, tak ada yang bias mengubah takdir-Nya. Tak ada cela yang luput dari urusan-Nya. ”
2.      Al-Qur’an Surat Sajdah : 4

“Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?”

Tafsir menurut ulama:
·         Tafsir Al-Qurthubi
Pada ayat ini Allah SWT memperkenalkan kesempurnaan kekuasaan-Nya, agar orang-orang kafir itu mau mendengar apa yang diajarkan di dalam Al-Qur’an dan merenungkannya.
Makna khalaqa adalah membuat sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada, atau menciptakan sesuatu yang sebelumnya bukan apa-apa menjadi sesuatu yang berarti.
Sedangkan makna dari lafadz fi sittati ayyami adalah enam hari, yakni dimulai dari hari Ahad dan selesai pada hari Jum’at. Al-Hasan berpendapat, bahwa hari-hair yang dimaksud merupakan hari-hari di dunia, sebagaimana telah disebutkan tadi. Sedangkan Ibnu Abbas berpendapat bahwa perbandingan satu hari dalam penciptaan langit dan bumi adalah seribu tahun waktu perhitungan manusia.
Adh-Dhahak juga menegaskan bahwa artinya penciptaan langit dan bumi yang hanya enam hari waktu akhirat menghabiskan waktu dunia sebanyak enam ribu tahun.
Adapun makna tsumma (kemudian) adalah bukan kata yang menerangkan urutan (yakni bukan berarti setelah menciptakan langit dan bumi lalu Allah bersemeyam di atas ‘Arsy-Nya). Kata ini adalah seperti kata wau (kata penghubung).
Ma lakum min duniyyi in wala syafi’ maksudnya adalah, tidak ada seorang pun yang dapat menolong orang itu ataupun mencegah dan meringankan adzab yang akan mereka terima.
Afala tatadzakkarun maksudnya adalah, apakah kamu belum juga mau memperhatikan, padahal tanda kekuasaan-Ku ada dimana-mana. Bahkan di dalam tubuhmu juga terdapat tanda-tenda kekuasaan-Ku.
3.      Al-Qur’an Surat Al-A’raf : 54
ž
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy[548]. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.”

Tafsir menurut ulama’:
·         Tafsir Ath-Thabari
Dalam tafsir tersebut tertulis bahwa Abu Ja’far, berkata Allah berfirman: “Wahai manusia sesungguhnya tuan kamu dan yang memperbaiki perkaramu adalah Dia yang Berkah untuk disembah dari segala sesuatu, Dia yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, yaitu pada hari Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jum’at.”
Al-Mutsanna menceritakan kepada Kami, ia berkata: Al Hajjaj bin Al Minhal menceritakan kepada kami dari Abu Bisyr, dari mujahid, ia berkata,”Ciptaan yang pertama diciptakan adalah ‘Arsy, air, dan angin. Bumi diciptakan dari air. Penciptaan dimulai pada hari Ahad, Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis. Semua makhluk dikumpulkan pada hari Jum’at. Orang-orang Yahudi menjadi Yahudi pada hari Sabtu. Satu hari dalam enam hari itu seperti seribu tahun dalam hari-harimu.”
·         Syaikh Thanthawi Jauhari
Sesungguhnya kita mengetahui bahwa materi asal alam semesta ini adalah al-asir (gas) yang kemudian berproses menjadi matahari, bumi, tumbuh-tumbuhan, hewan.-hewan, dan manusia… maka menjadi sempurnalah semua ciptaan Allah dalam enam masa, setiap masa ukurannya seribu tahun, demikian menurut pendapat kebanyakan ulama’ (M. Nor Ichwan, 2004).
4.      Al-Qur’an Surat Huud : 7

“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".”

Dalam tafsir Ath-Thabari, Al-Qasim menceritakan kepada kami, ia berkata: Hasan menceritakan kepadaku dari Ibnu Juraij, ia berkata: Isma’il mengabarkan kepadaku dari Ayyub bin Khalid, dari Abdullah bin Rafi (maula Ummu salamah), dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW memegang tanganku seraya bersabda, “Allah menciptakan tanah pada hari Sabtu, menciptakan gunung pada hari Jum’at, menciptakan pepohonan pada hari Senin, menciptakan perkara yang tidak disukai pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu, meniupkan ruh pada semua binatang melata pada hari Kamis, dan menciptakan Adam AS sesudah Ashar pada hari Jum’at, paling akhir ciptaan pada waktu terakhir dari waktu-waktu hari Jum’at berkisar antara Ashar hingga malam.”
5.      Al-Qur’an Surat Qaaf : 38

“ Dan Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.”

Tafsir menurut ulama’:
·         Tafsir Al-Aisar oleh Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi
“Dan sungguh Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa.” Dimulai dari hari Ahad dan berakhir pada hari Jum’at, “Dan Kami tidak merasa letih sedikit pun.” Ayat ini merupakan bantahan dari Allah terhadap orang-orang Yahudi yang mengatakan bahwa Allah telah mennyempurnakan penciptaan langit dan bumi di hari Jum’at, lalu Allah beristirahat pada hari Sabtu. Maka Allah membantah ucapan mereka dengan firman-Nya, “Dan Kami tidak merasa letih sedikit pun.” Karena rasa letih hanya akan dirasakan oleh orang-orang yang mengerjakan pekerjaannya langsung oleh dirinya sendiri. Sedangkan Allah, ketika Dia menciptakan sesuatu, Allah hanya membutuhkan kata, “jadilah!” maka sesuatu yang dimaksud-Nya akan terjadi. Oleh karena itu, Allah tidak merasakan letih atau lelah.
·         Ibnu Katsir
Di dalam tafsirnya ia mengatakan, “Dalam firman tersebut terdapat penegasan seputar kembali (ma’ad). Karena Dzat yang kuasa menciptakan langit dan bumi, Dia tidak merasa payah dan lemah karena penciptaan-Nya. Dia juga kuasa untuk menghidupkan orang mati dengan cara yang lebih baik dan lebih tidak terikat.”

C.    Proses Kejadian Alam Menurut Sains
1 Teori-Teori Tentang Penciptaan Alam
a.       Tori Big Bang
Pada abad ke-19 muncul teori yang mengatakan bahwa alam semesta mempunyai ukuran yang tidak terbatas, ada tanpa awal dan terus ada selama-lamanya. Menurut pendapat ini, model alam statis, alam semesta tidak mempunyai awal dan akhir. Pandangan ini mengacu pada filsafat materialis yang menganggap bahwa alam semesta merupakan sekumpulan zat yang konstan, stabil, dan tidak berubah atau statis.
Setelah berkembangnya waktu, ilmu pengetahuan mampu membalikkan pendapat tentang model alam statis yang menganut paham materialis. Saat ini, di awal abad ke-21, beardasarkan eksperimen, observasi dan perhitungan, Fisika modern telah membuktikan bahwa alam semesta memiliki suatu awal dan diciptakan dari ketiadaan melalui suatu ledakan dasyat. Teori seperti inilah yang kemudian dikenal dengan Teori Big Bang.
Teori Big Bang menganggap bahwa alam semesta ini terjadi akibat ledakan dari segumpal zat raksasa. Sebagaimana pendapat George Garnow (1904-1968), seorang fisikawan Rusia berkesimpulan bahwa alam raya ini asal mulanya merupakan satu paduan, kemudian meledak. Ledakan itulah yang menyebabkan ledakan yang luar biasa, sehingga benda-benda angkasa ini menjadi saling menjauh satu sama lain (M. Noor Ichwan, 2004).
Landasan Teori Big Bang antara lain:
a.       Meluasnya alam semesta
Pada tahun 1929, di observatorium California Mount Wilson, seorang astronom berkebangsaan Amerika Edwin Hubble menghadirkan penemuan besar dalam sejarah astronomi. Ketika mengamti bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia mendapati cahaya dari bintang-bintang itu berubah ujung spektrumnya menjadi merah. Ini jelas membuktikan bahwa bintnag-bintang tersebut semakin jauh dari bumi.  Penemuan ini  mempengaruhi dunia ilmu pengetahuan, karena menurut teori ilmu Fisika yang sudah diakui, spektrum cahaya berkelap-kelip yang bergerak mendekati tempat observasi tersebut cenderung mendekati warna lembayung, sedangkan spektrum cahaya berkelap-kelip yang bergerak menjauhi tempat observasi tersebut cenderung mendekati warna merah. Artinya, bintang-bintang tersebut menjauh dari kita secara tetap.
Sebenarnya teori seperti ini sudah ditemukan jauh sebelumnya. Albert Einstein, yang dianggap ilmuwan terbesar pada abad ke-20, telah menyimpulkan bahwa  alam semesta ini dinamis dan tidak statis. Namun ia meletakkan penemuannya itu. Bukan karena adanya teori tentang alam statis, namun ia menganggap bahwa penemuan itu adalah kesalahan terbesar sepanjang karir keilmuannya. Meski akhirnya teori itu benar setelah dibuktikan oleh Hubble.
Menurut T. Djamaluddin, mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
b.      Radiasi Latar Kosmos
Pada tahun 1948, George Gamov muncul dengan gagasan lain tentang teori Ledakan Dasyat itu. Ia menyatakan bahwa setelah terbentuknya alam semesta melalui Ledakan dasyat, ada limpahan radiasi di alam semesta yang tertinggal karena peristiwa ledakan ini. Tambahan lagi, radiasi ini tersebar merata di alam semesta.
Pada tahun 1965, dua peneliti, Arno Penzias dan Robert Wilson, secara kebetulan menemukan gelombang-gelombang ini. Radiasi ini, yang disebut “radiasi antar kosmos”, tampaknya tidak dipancarkan dari sumber tertentu, tetapi merambati seluruh ruang angkasa. Jadi, gelombang panas yang diradiasikan secara merata di ruang angkasa itu adalah sisia yang tertinggal dari tahap awal Ledakan Dasyat (Thohir Luth, dkk, 2007).
Di tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer (COBE) ke ruang angkasa untuk meneliti radiasi latar kosmos. Hanya membutuhkan delapan menit, scanner-scanner satelit ini mampu menguatkan pengukuran dari Penzias dan Wilson. COBE telah menemukan sisa dari Ledakan dasyat yang terjadi pada permulaan alam semesta.
c.       Penciptaan Zat
Atom, unsur penbengun zat, menjadi ada setelah terjadi Ledakan dasyat. Atom-atom ini kemudian berkumpul bersama-sama membentuk benda-benda seperti bulan, bintang, dsb. Selanjutnya atom-atom tersebut membentuk kehidupan di bumi. Dengan berkumpulnya atom-atom, segala yang kita lihat di sekitar kita dan segala yang bias kita bayangkan itu memasuki kehidupan.
Setiap atom memiliki nukleus yang mengandung proton dan netron yang jumlahnya tertentu. Disamping itu, ada juga elektro-elektron yang bergerak mengelilingi nukleus dengan kecepatan 1.000 km per detik. Jumlah proton dan elektron sama. Karena proton bermuatan positif dan elektron bermuatan negatif sehingga seimbang satu sama lain. Jika salah satu dari jumlah ini berbeda, tidak akan terjadi atom karena keseimbangan elektron-elektronnya terganggu. elektron-elektron ini bergerak mengelilingi inti masing tanpa saling menyimpang. Kecpatannya seimbang satu sama lainnya dan selalu menjaga kelangsungan hidup atomnya. Tidak pernah terjadi salah atur, perubahan dan perbedaan.
Sangatlah jelas bahwa kesatuan yang teratur itu ada setelah Ledakan Dasyat yang berlangsung pada saat ketiadaan. Jika ledakan itu merupakan suatu kebetulan dan tidak terkontrol, mestinya diikuti oleh kejadian acak dan tersebarnya segala yang terbentuk itu dalam suatu kekacaubalauan yang luar biasa dasyatnya.
 
b. Teori Kabut Kant-Laplace
Imanuel Kant (1755) mengemuka­kan teori tentang kejadian bumi. Berdasarkan teori Newton tentang gravitasi, Kant berpendapat bahwa; asal segalanya ini adalah dari gas yang bermacam-macam, yang tarik menarik membentuk kabut besar. Terjadinya benturan masing-masing akan menimbulkan panas. Adanya panas akan membuat gas tersebut berpijar, itulah asal dari matahari. Benda berpijar tersebut  berputar kencang, adanya perputaran ini dengan kecepatan linear paling besar; sehingga terlepaslah fragmen-fragmen. Fragmen-fragmen inilah yang tadinya pijar, melepaskan panas, dan mengembun. Kemudian cair dan bagian ini makin padat. Demikianlah terjadi planet-planet, termasuk bumi kita ini.
Laplace (1796) mengemukakan pula adanya kabut. Ia beranggapan bahwa kabut asal itu telah berputar dan pijar. Di khatulistiwa tcrjadi penumpukan awan. Jika massa ini mendingin maka terlepaslah sedikit material dari induknya. Fragmen tadi dingin dan mengembun, berputar mengelilingi induknya Kemudian menyusul terlepasnya fragmen yang kedua, dan ketiga. Delapan buah planet yang kini ada dianggap terjadi dengan cara yang sama. Induknya adalah matahari. Massa asal matahari itu disebut nebula, sehingga disebut hipotesis nebula. Karena Kant dan Laplace serupa dalam mengemukakan hipotesisnya, maka disebutlah hipotesia nebula dari Kant Laplace.
c. Hipotesis Pasang Surut Bintang
Teoti pasang surut yang disampaikan oleh Buffon kemudian diperbaiki oleh Sir James Jeans dan Harold Jeffreys. Mereka berpendapat bahwa tata surya terbentuk oleh efek pasang gas-gas matahari akibat gaya grafitasi bintang besar yang melintas matahari. Gas-gas tersebut terlepas dan kemudian berubah menjadi bola-bola cair dan secara berlahan mendingin serta membentuk lapisan keras menjadi planet-planet dan satelit. Hipotesis pasang surut bintang sangat mirip dengan hipotesis planetisimal. Namun perbedaannya terletak pada jumlah awalnya matahari. 
d.   Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama GP. Kuiper pada tahun 1950. Hipotesis ini menyatakan bahwa tata surya pada mulanya berupa bola kabut raksasa. Kabut ini terdiri dari debu, es dan gas. Bola kabut ini berputar pada porosnya, sehingga bagian-bagian ynag ringan terlempar keluar, sedangkan bagian yang berat terkumpul dipusatnya membentuk sebuah cakram mulai menyusut dan perputarannya semakin cepat, serta suhunya bertambah, akhirnya terbentuklah matahari.
Bagian tepi cakram yang berupa gas dan debu mulai bertarikan, sehingga terbentuk gumpalan. Gumpalan-gumpalan ini disebut protoplanet yang lambat laun makin dingin dan padat yang pada akhirnya membentuk planet.
e.        Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis ini mengemukakan bahwa dahulunya tata surya kita berupa dua bintang yang hamper sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil.
f.     Hipotesis Planetisimal
Hipotesis Planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C.Chamberlain dan Forest R.Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa tata surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang hamper menabrak matahari. Hipotesis ini menyatakan bahwa tata surya pada mulannya berupa bola kabut raksasa. Kabut ini terdiri dari debu, es dan gas. Bola kabut ini berputar pada porosnya sehingga bagian-bagian yang ringan terlempar keluar, sedangkan bagian yang berat berkumpul dipusatnya membentuk sebuah cakram, kemudian mulai menyusut dan perputarannya semakin cepat, serta suhunya bertambah, akhirnya terbentukkalah matahari.
Bagian tepi cakram yang berupa gas dan debu mulai bertarikan, sehingga terbentuk gumpalan. Gumpalan-gumpalan ini disebut protoplanet yang lambat laun semakin dingin dan padan yang pada akhirnya membentuk planet.

2.             Tahapan Penciptaan Alam
a.    Tahap pertama, sejak penciptaan sampai suhu kosmos turun menjadi 1032. Karena ledakan yang sangat dahsyat, maka kateri berhambur dengan kecepatan yang sangat tinggi sehingga kosmos ynag terdiri dari ruang, materi dan cahaya tampak mengembang dengan kecepatan yang sangat tinggi pula. Pada tahap ini, terjadi kosmos yang menyatukan interaksi, sifat dan kelakuannya. Segala macam interaksi dan radiasi sama kuat, serta kandunngan materi da energy dalam alam semesta sudah tertentu jumlahnya.
b.    Tahap kedua, sejak berakhirnya tahap pertama sampai suhu kosmos turun hingga mancapai 10 (pangkat11)derajad. Pada tahap ini terjadi karapatan materi dalam alam semesta manjadi 4 juta tiap liter serta bahan inti atom sudah ditentukan jumlahnya.
c.    Tahap ketiga, sejak berakhirnya tahap kedua hingga suhu mencapai 1000 juta derajad. Pada tahap ini terjadi kerapatan materi alam semesta menjadi 20 kg tiap liter serta kelistrikan di alam semesta sudah ditentukan jumlahnya.
d.   Tahap keempat, sejak berakhirnya tahap ketiga hingga suhu mencapai 100 juta derajad. Pada tahap ini terjadi kerapatan materi alam semesta manjadi 1/10 kg tiap liter, penyusunan inti atom sudah dimulai, pada tahap ini pengelompokan materi sudah terjadi.
e.    Tahap kelima, sejak berakirnya tahap keempat hingga terbentuknya atom-atom. Pada tahap ini electron-elektron bebas mulai berkurang jumlahnya, serta cahaya mengisi ruang kosmos.
f.     Tahap keenam, pada tahap ini atom mulai membentuk molekul, kabut materi mulai menggumal dan membentuk bintang-bintang serta galaksi-galaksi, hingga terjadilah alam semesta ini.
D.    Perbadingan Proses Penciptaan Alam Menurut Al-Qur’an dan Sains
Berdasarkan pemaparan di atas, maka QS.Al-Anbiyaa’: 30, cukup sesuai dengan teori ynag paling modern tentang pertumbuhan langit dan bumi, yaitu pada awal mulannya bersatu di dalam kabut yang memuatnya, kemudian terpisah sebagai akibat dari ledakan-ledaka keras (Big-Bang) yag terjadi di dalam kabut dan ledakan yang disebutkan di dalam ayat tersebut menjadi empurna setelah keduanya bersatu, yakni bertemu sama lain dan dalam hal tersebut terdapat isyarat terhadap ledakan-ledakan yang terjadi di dalam alam, yang karena materi alam tersebut did ala ruang anngkasa yang hampa udara dan di sekitarnya ynag berakhir dengan terbentukny berbagai macam benda-benda langit yang beraneka ragam.
Teori Ledakan dasyat ini menggantikan teori tentang alam ynag statis ynag menganut paham materialism. Sehingga pembuktian tentang teori ini tidak perlu lagi, karena alam memang diciptakan oleh Allah SWT. Pada QS. QS.Al-Anbiyaa’: 30 ini sudah senada dengan Teori Bintang Kembarynag menyatakan pada awalnya alam ini adalah satu, kemudian meledak hingga terbentuklah tata surya seperti sekarang ini.
Sedangkan QS.AL-Fhusilat: 11, sesuai denga teori Kabut Kant-Laplace, Kondensasi dan Planetesimal. Langit atau alam semesta disempurnakan bentuknya dari materi  yang berupa asap (dukhon).
Sebagaimana ynagn terdapat dalam beberapa ayat Al-Quran, bahwa alam semesta diciptakan dalam enam masa maka sainspun mengemukakan tahapan penciptaan alam menjadi enam tahapan. Ini sejalan denga apa ynag telah diwahyukan oleh Alla SWT.

Tidak ada komentar: